Sebagai muslim, mengunjungi Baitullah adalah impian. Pun bagi saya. Saya selalu bersyukur diberi kesempatan untuk mengunjungi Masjid Nabawi dan Masjidil Haram tahun lalu. Dan kini, saya masih berharap dan terus berdoa pada Allah agar bisa mengunjunginya lagi, entah untuk berhaji maupun berumroh lagi.
Untuk teman-teman yang sedang mempersiapkan diri mengunjungi tanah suci, ada beberapa hal yang perlu kamu tahu sebelum berangkat umroh. Ini sudah dibahas dibanyak tempat, tapi bagi saya, pengalaman saya yang berkesan waktu itu, membuat saya ingin membagikan hal-hal penting untuk kita ketahui sebelum umroh. Biar nggak clueless aja. :)
Catatan: Artikel tentang apa yang perlu diketahui sebelum umroh ini cukup panjang. Kalau belum sempat baca semua, boleh di bookmark dulu kok.
2 Kali Adzan Subuh di Masjid Nabawi
Betul, tidak seperti kebanyakan masjid di Indonesia atau di banyak negara lainnya. Masjid Nabawi mengumandangkan adzan subuh 2 kali, dengan jeda -kurang lebih satu jam. Untuk di Masjidil Haram saya lupa apakah 2 kali atau tidak. Namun ada yang mengatakan, adzan subuh di Masjidil Haram juga 2 kali.
Ada kisah unik waktu saya di Madinah. Saat itu saya sekamar dengan teman saya. Selepas isya, saya langsung balik ke hotel, tidak seperti teman saya yang mengantri untuk masuk Raudhah hingga malam. Saya langsung tidur, mungkin karena jam malam saya yang tidak bisa dibohongi. Surabaya dengan Madinah beda waktu 4 jam lebih dulu Surabaya. Artinya bila disana isya jam 8 malam, di Surabaya sudah jam 12 malam. Otomatis, saya mengantuk luar biasa, hehe..
Tengah malam, sekitar jam 1 saya bangun, lalu mandi dan bersiap ke Raudah, dengan harapan Raudah masih dibuka dini hari itu. Saat saya keluar hotel, teman saya terbangun dan sayapun pamit padanya untuk ke masjid lebih dulu. Dia mengiyakan. Saya ke masjid dan kembali ke hotel sekitar pukul 9 pagi karena ingin berlama-lama di masjid.
Saat saya sampai hotel, temen saya tanya, "kamu tadi berangkat ke masjid jam berapa?" Usut punya usut, dia kira saya ke masjid karena sudah mau subuh. Jadi ia langsung mandi selepas saya keluar kamar. :D Tak lama teman saya itu juga berangkat ke masjid, lalu saat adzan pertama, dia kira itulah waktu subuh dan cepat-cepat mau salat subuh. Padahal, itu adzan subuh yang pertama. :D
Salat Gaib Setiap Waktu Salat
Salat gaib kalau di Indonesia umumnya hanya saat ada orang meninggal, atau pada waktu-waktu tertentu. Tapi di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, selepas salat wajib selalu ada salat gaib. Untuk kita yang baru pertama kali umroh atau berhaji tentu ini pengalaman yang unik sekaligus baru. Jadi setelah salat wajib selesai, jangan buru-buru beranjak ya. :)
Tempat Miqat (Miqat Makani)
Sebelum berumroh, kita wajib mengambil niat di tempat yang sudah ditentukan alias tempat miqat. Ada beberapa titik miqat yang ditetapkan. Di tempat itu, kita yang akan berumroh atau berhaji wajib berniat dan mengenakan pakaian yang akan digunakan (kain ihram bagi laki-laki). Termasuk juga salat sunah. Bila kita dari Indonesia menuju Madinah terlebih dahulu, maka umumnya kita mengambil niat di Bir Ali atau Masjid Zulhulayfah yang jaraknya sekitar 450 km dari Mekah. Namun bila dari Indonesia kita umroh dulu, maka kita mengambil miqat di dalam pesawat saat diatas Yalamlam. Crew Cabin pesawat akan mengumumkan waktunya.
Jika kita sudah di Mekah dan ingin berumroh lagi, maka kita perlu keluar dahulu untuk mengambil miqat, yang umumnya di Masjid Aisyah di Tan'im. Waktu itu saya pakai taksi kisaran 50 Riyal untuk PP dari Masjid Aisyah ke Masjidil Haram. Selain itu, ada beberapa tempat miqat lain. Seperti teman saya yang saat itu city tour ke Thaif, waktu pulang mengambil miqat di Qarn Al-Manazil.
Tempat miqat ini sangat penting, so pelajari dulu dengan seksama sebelum berangkat umroh atau haji. Banyak kok yang sudah mengulas tentang tempat miqat, masing-masing jaraknya, cara menujunya, dll.
Tanda Area Raudhah
Mengunjungi taman-taman surga, begitu sabda Rasulullah, adalah salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu selama berada di Madinah. Bukan begitu? Tak hanya keutamaan salat di Masjid Nabawi yang memiliki banyak kebaikan, namun juga mengunjungi Raudhah. Untuk menuju Raudhah, kita perlu menunggu dan mengantri karena pintu hanya dibuka beberapa kali dalam sehari. Pada setiap area utama salat, ada layar yang menampilkan informasi kisaran waktu pembukaan pintu menuju Raudhah.
Pada suatu subuh, saya baru tahu kalau jamaah di area 31 adalah jamaah yang masuk ke Raudhah paling awal alias pertama kali, dibanding area 30-23 yang dibuka bertahap setelahnya. Tapi saya tak paham apakah memang demikian "ritme"nya atau hanya waktu itu kebetulan saja. Sebagai gambaran, awalnya saya duduk diarea 25 kira-kira pukul 1.30 waktu Madinah. Kala itu subuh masih lama (subuh jam 5 lebih), jadi area-area khusus perempuan itu masih sepi. Lalu petugas mengatakan agar para jamaah di area 25 tersebut pindah ke area 31, karena area 25 tersebut akan dibersihkan.
Saya tak menganggap ini tips, tapi silakan dicoba saja. Pada saat Subuh pertama kamu di Masjid Nabawi, pilihlah area 31 dan tunggulah hingga pintu menuju raudhah dibuka. Namun yang bisa saya share tentang raudhah adalah tanda-nya kita berada di taman surga tersebut. Saat melewati pintu pembatas area salat jamaah perempuan, kita akan berjalan (dan tentu saja berdesakan), sampai area karpet hijau. Dulu, karpet hijau kabarnya memang hanya area raudhah, tapi setelah saya coba cari info, area berkarpet hijau diperluas, bukan hanya area Raudhah. Jadi karpet hijau tidak bisa lagi menjadi patokan.
Jadi apa tandanya? Tandanya adalah tiang berbunga. Seperti yang saya sempat foto, berikut.
Nah jika sudah menemukan tiang berbunga, ada lagi tanda lainnya. Adalah petugas yang senantiasa mengingatkan kita untuk tidak berlama-lama di Raudhah karena banyak jamaah lain yang sedang menunggu untuk bisa bersimpuh disana. Petugasnya serupa dengan beliau-beliau yang memeriksa kita saat masuk pintu Masjid Nabawi, dengan pakaian hitam-hitam yang khas, jadi insyaallah mudah dikenali area-nya.
Bergabung Dengan Lokal Madinah dan Lokal Mekah di Masjid Nabawi & Masjidil Haram
Saya pribadi suka berinteraksi dengan orang baru selama di Madinah. Bahkan saya masih ingat seorang nenek mengajak saya bicara Bahasa Arab :( meanwhile saya nggak bisa bahasa arab. Tapi saat itu saya sedang baca Al-Quran, jadi mungkin nenek tersebut menganggap saya bisa diajak bicara Bahasa Arab. Apa yang saya lakukan? Ambil HP lalu bicara di aplikasi translator, hehehe. Di Masjidil Haram juga sama, berlama-lama di dalam masjid jadi diberi kacang arab. Menarik banget interaksi dengan warga lokal ini, macam-macam ceritanya.
Jika ingin bergabung dengan penduduk asli, menurut saya ada tempat yang khas. Walaupun sebenarnya mereka bisa ditemui di banyak spot. Namun ada spot-spot khusus yang kalau saya perhatikan, banyak jamaah lokal di area tersebut pada saat salat magrib menuju salat isya.
Pertama, untuk di Masjid Nabawi, dari pintu 25 yang khusus wanita itu, kita pertama-tama masuk dulu ke area inti sholat, lalu berjalan ke arah kanan, lurus terus melewati beberapa pintu (yang bisa kita lihat di tembok kalau kita melihat kearah kanan) hingga mentok. Di area tersebut, selepas magrib menjelang isya, banyak anak-anak yang sedang belajar mengaji. Para keluarga saling silaturahmi. Indah sekali.
Kedua, untuk di Masjidil Haram, ada di lantai 2 area Multazam. Tandanya lampu hijau dengan tulisan berjalan "Tawaf Begining." Lalu ada area di sebelah kanannya. Untuk sebelah kiri, biasanya dipakai untuk jamaah laki-laki, jadi saya kurang paham. Ohya, lantai 2 bukan tepat diatas area Mataf ya. Urutannya, area Mataf dengan kabah disana, lalu diatasnya lantai 1, diatasnya lagi lantai 2 dan rooftop atau lantai 3. Ini anggapan saya saja ya, sesuai bangunan pada umumnya yang menerapkan lower ground atau ground sebelum lantai 1. Saya tidak tahu anggapan tentang per-lantai-an ini tepat atau tidak. Semoga benar.
Nah diarea Multazam lantai 2 ini, walau tidak saat masuk jam salat wajib, banyak penduduk lokal. Biasanya berbicara satu sama lain atau berlama-lama menunggu salat selanjutnya. Di tempat ini juga banyak jamaah yang berkebutuhan khusus. Jadi kalau kita salat di samping beliau yang duduk di kursi kecil atau kursi roda, wajar, sangat umum ditemui di area ini.
~
Sepertinya itu dulu yang saya share, lainnya belum kepikiran hehe. Semoga memudahkan ibadah kamu di tanah suci. Kalau kamu mau share pengalaman kamu, boleh tulis di kolom komentar. Biar kita sama-sama saling tahu. :)
Baca juga Highlight Perjalanan 'Umroh Backpacker?'
*PS. artikel ini ditulis dari perspektif wanita, beberapa kondisi mungkin berbeda dengan jamaah pria, seperti pintu 25 HANYA khusus wanita, dll. Terima kasih.
Comments
Post a Comment
Terimakasih sudah komentar. Komentar akan muncul setelah proses moderasi. :)