Skip to main content

Kini Tak Perlu Rebutan Wafer Khong Guan


Saya tak suka kue kering selain choco chips. Itupun hanya satu atau dua biji, mengobati rasa penasaran si lidah. Karena entah mengapa, setelah selesai kuliah saya tak suka rasa manis berlebih. Bahkan, kini seduhan teh hampir selalu saya minum tanpa gula.
Saat lebaran, di meja jarang sekali dihidangkan kue kering. Kalaupun ada yang berkunjung membawa kue kacang, nastar, putri salju, kastengel, dan beragam jenis kue kering lainnya, besar kemungkinan kue itu hanya akan berpindah empunya. Alias kembali dibagi-bagikan ke sanak famili.
Alih-alih kue kering, biasanya ada buah-buahan, keripik atau kacang rebus yang disajikan. Namun, ada satu yang hampir selalu ada saat lebaran: kaleng Khong Guan, calon 'rumah' bagi rengginang. Hehehe.
Alert: artikel ini tidak di-endors oleh perusahan roti terkenal itu. :D

Di dalam kaleng Khong Guan, ada berbagai macam biskuit. Bentuknya pun beragam: persegi ada, bulat ada. Nah kalau ditanya kue yang saya suka saat lebaran, tentu saja wafer lapis Khong Guan.
Wafer memang bukan termasuk jenis kue kering, tapi bisa diolah menjadi kue kering dengan lapisan krim. Untuk saya yang tak suka kue kering, menggilai wafer lapis saat kaleng pertama kali dibuka ini ternyata bukan perkara up normal. Buktinya? Banyak kok yang melakukan hal yang sama. Kamu juga kan? Ngaku! Coba, coba kita bikin poling saja. :)

Alasan Psikologis Pecinta 'Wafer Lapis Khong Guan'


Kali pertama kaleng dibuka, mata langsung tertuju pada plastik bening bergaris merah melingkar, khas. Menampakkan si wafer sebagai makanan ter-'wah' dalam "rumah" puluhan biskuit itu.
Dan saat berhasil mendapatkannya pasti ada rasa kepuasan tersendiri. Usut punya usut, ada alasan logis psikologi manusia atas perilaku ini lho!
Saya kutip dari brilio.net, Majalah SWA menyatakan perilaku ini terjadi karena LE non-moment term. Adalah teknik membuat suatu produk yang secara sengaja dibuat terbatas alias produk limited edition (LE). Secara otomatis, psikologi manusia semacam saya saat mengetahui di dalam kaleng itu ada produk LE, akan beranggapan wafer itu dibuat eksklusif, terbatas jumlah atau pemiliknya.
Anggapan eksklusivitas ini memberikan gambaran kualitas terbaik dari sekian banyak biskuit di kaleng yang bergambar tanpa ayah itu. Jadilah satu atau dua bungkus wafer coklat di kaleng Khong Guan ini sebagai si produk LE non-moment term. Produk limited edition ini sengaja dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan brand produknya. Walau sebenarnya, dalam teori pemasaran tak pernah ada konsep produk LE. Karena, pada prinsipnya setiap produsen justru ingin produknya diterima konsumen dan dipasarkan dalam skala besar dan dalam jangka lama, bukan membatasi jumlah produksi.
Kalau membatasi jumlah produksi seperti konsep LE itu, berarti mengurangi potensi untung dan mengurangi pangsa pasar. Namun ternyata, konsep LE mampu meningkatkan brand produk di mata konsumen. Mungkin, alasan inilah yang membuat perusahaan roti ini kini me-non-eksklusifkan si wafer lapis. Kamu sudah tahu belum?

Tak lagi Ekslusif, Tapi Memanjakan


Kini, bagi kita yang memberikan tag favorit pada wafer lapis KG itu, tak perlu bersusah payah membeli sekaleng roti Khong Guan yang isi wafernya hanya dua, atau terkadang hanya satu. Karena sekarang mereka meluncurkan satu bungkus penuh berisi wafer lapis.
Ya, produsen kenamaan ini akhirnya mengeluarkan wafer lapis sebagai produk tersendiri. Mungkin karena proses eksklusifitas yang diberikan pada si wafer akhirnya membuat biskuit lainnya terasa mubazir. Atau, ya namanya juga bisnis kan?
Di lebaran kali ini, kalau ditanya kue apa yang menjadi idaman saya saat lebaran, saya bisa menyodorkan gambar bungkus wafer ini, bukan kaleng tanpa gambar ayah. Kalau kamu?


Credit Foto.
Foto 1. pixabay dot com
Foto 2. style dot tribunnews dot com
Foto 3. awsimages dot detik dot net dot id
Foto 4. marketplace

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Mandi Gratis di Bandara KLIA Malaysia

Tanggal 6 Februari 2020, Kilas Balik - Pengalaman Mandi Gratis di Bandara KLIA Malaysia. Malam itu aku melenggang dengan koper ditangan kananku menuju bus stop KL Sentral. Sebelumnya, kira-kira pukul 8 malam, aku bicara pada staf hotel di meja receptionist . Aku menanyakan, jika naik bus dari KL Sentral menuju KLIA, pemberhentian pertama apakah KLIA dulu atau KLIA 2 dulu. Karena aku menggunakan Saudia, maka aku perlu menuju KLIA Terminal 1. Ternyata bus akan mengantar penumpang ke terminal 1 terlebih dahulu. Oh, baik, berarti aku akan turun di pemberhentian kedua, begitu pikirku. "Loh kok? Bukannya sudah benar turun di KLIA 1, Ta?" Iya benar. Karena aku mau mandi dulu, hehehe . Terakhir mandi pagi jam 9, biar segar dan tidur nyenyak di penerbangan, kuputuskan untuk mandi dulu. Sayangnya, di KLIA Terminal 1 belum ada fasilitas mandi gratis. Adanya di KLIA Terminal 2. Jadi aku turun di terminal 2. Ini adalah pengalaman pertama mandi di bandara buatku. Di Indonesia, tepatnya di

MAX FASHION Tunjungan Plaza 6

Yeay, buat arek arek Suroboyo pecinta fashion, kini makin banyak pilihan toko fesyen. 28 Mei 2019 lalu, MAX FASHION, salah satu retail fesyen terbesar di Timur Tengah dan Asia selatan membuka gerainya di Tunjungan Plaza 6. Toko ini adalah toko ketiga yang dibuka di Indonesia, setelah dua lainnya dibuka di Jakarta. Siapa MAX FASHION? Seperti apa koleksinya? Yuk keep reading ya! I’ll share it to you .. Pembukaan Max Fashion Tunjungan Plaza 6 Surabaya MAX FASHIONS resmi membuka gerai pertama di Surabaya yaitu di Tunjungan Plaza 6 Lantai 2. Gerai seluas 1.094 meter persegi itu menyediakan fashions laki-laki juga perempuan, dewasa juga anak-anak. MAX FASHIONS merupakan merek value fashion terbesar di Timur Tengah, Afrika Utara dan India yang menyediakan fashion basic hingga pakaian yang menggambarkan trend paling baru alias kekinian. Mr Rajesh Kulkarni, Country Manager of MAX FASHIONS Indonesia mengatakan bahwa MAX FASHIONS memiliki sekitar 2000 style dengan harga dibawah Rp1

PENGALAMAN UMROH MANDIRI BERSAMA IBU

My best view of 2023, alhamdulillah 😍 “Umroh itu bukan ibadah bersama-sama, umroh itu ibadah mandiri, maka bapak ibu harus paham apa yang dilakukan saat umroh.” Kurang lebih begitulah pesan Ustad Faridl, pembimbing umroh kami, saat manasik. Walau aku tak ingat persis kalimat yang beliau ucapkan, namun aku sepakat dengan apa yang beliau sampaikan. Kendati berangkat  dari Indonesia   beserta rombongan, plus serangkaian kegiatan di tanah suci dilakukan berkelompok, namun sama halnya dengan salat wajib, “rangkaian” umroh mulai dari miqat hingga tahalul menjadi urusan pribadi, alias perkara mandiri antara manusia dengan pencipta-Nya. *** Minggu lalu, adik tingkatku saat kuliah, Febri, tiba-tiba menanyakan perihal umroh melalui Whatsapp chat . Singkatnya, ia menanyakan panduan ibadah selama umroh. Bermula dari percakapanku dengannya, aku terinspirasi untuk membuat tulisan tentang pengalaman umrohku ini. Karena aku yakin banyak muslim dan muslimah yang juga ingin tahu mengenai proses umro