Awalnya saya
sama sekali tidak tahu kalau Kota Batam yang secara fisik di batasi oleh lautan
itu berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Hari kedua saya menginjakkan
kaki di kota itu, saya baru mendengar, lebih dari sembilan puluh persen
warganya tidak memiliki kepemilikan lahan yang sah. Alias bukan hak milik.
Alias hak guna bangunan (HGB) saja.
Unik? Tentu
saja. Dan menarik.
Kampung Tua di Batam
Bagi saya yang
suka mengamati perkembangan kota, kasus kota Batam ini cukup menarik. Tapi
sejujurnya kali ini saya tidak akan membahas hal itu. Kita simpan dulu
pembahasan mengenai lahan di Batam. Why? Karena cukup berat
dibahas di hari Minggu. :D Saya lebih suka membahas sisa sekian persen
dari lahan yang hak pengelolaannya ada pada BP Batam.
Sebagian kecil
dari luasan kota Batam, ada sejarah panjang kampung tua yang mulai mendapat
perhatian serius dari pemerintah. Tepatnya pada tahun 2004, Keputusan Walikota tentang
Penetapan Wilayah Perkampungan Lama/Tua di Kota Batam dikeluarkan. Sayangnya, pemerintah
baru mulai bergerak melakukan pengukuran dan pemetaan
kampung tua yang ada di Kota Batam pada Tahun 2006 dan
berakhir pada tahun 2011. Walaupun terlambat, namun langkah
tersebut menjadi titik nol pelestarian kampung tua yang bernuansa Melayu serta
perlindungan hak masyarakat melayu sebagai masyarakat lokal. Selain itu, tentu
saja ketidakjelasan batas kampung tua di Kota Batam menemui jalan
terang. Dan pada Tahun 2011, dibentuk Tim penyelesaian Kampung Tua di Kota
Batam melalui surat keputusan bersama. Keputusan Bersama Walikota Batam dan
Kepala BP Kawasan Batam tersebut baru dikeluarkan pada tahun 2012. Dan setidaknya
hingga tahun 2016, ada 34 kampung tua di kota batam yang diajukan untuk
diverifikasi bersama antara masyarakat, Pemkot juga BP Batam. Di 2016, baru ada
10 kampung tua yang disepakati oleh ketiganya. Sedangkan 24 lainnya
berstatus sepakat dengan catatan, belum sepakat dan
sedang verifikasi BP. Untuk kampung tua yang sudah berstatus sepakat,
luasannya tidak ada yang melebihi 100 hektar.
Jika
teman-teman pernah mengunjungi Kota Batam, dan menjelajah tepiannya,
teman-teman akan menemukan kampung-kampung tua. Dari info yang saya dapat
sewaktu di Batam, kampung-kampung tua di Kota Batam ini memiliki legalitas
tersendiri. Mereka mengatakan jika kampung-kampung tua dihuni oleh penduduk
asli (dan turunannya) sehingga kepemilikan mereka diperjuangkan sebagai hak
milik penduduk asli. Umumnya mereka yang mendiami kampung tua ini bermata
pencaharian sebagai nelayan. Tak heran jika lokasinya berada pada ujung-ujung
dataran pulau Batam. Kampung-kampung tua di Kota Batam ditandai dengan landmark berwarna kuning dan hijau.
Khas. Sekaligus menarik. Biasanya landmark yang dibangun adalah berupa gerbang
selamat datang. Dan disanalah kampung-kampung tua itu diupayakan agar terus
lestari.
Landmark Kampung Tua di Batam
Selama di
Batam, saya pernah mengabadikan beberapa foto Landmark kampung-kampung tua di
Batam. Namun sayangnya, beberapa foto hilang sewaktu memori saya rusak. Dan
sebagian lagi, saya lupa dimana saya menyimpannya, hehe. Let's
just check it out! Hemm some of it. :)
1. Kampung Tua Telaga Punggur
Kampung ini
lokasinya tidak begitu jauh dari Pelabuhan Punggur. Pelabuhan yang menjadi
perlintasan Batam ke Tanjung Pinang dan Bintan. Jika kita masuk ke kampung ini,
kita bisa hanya sekedar melintas. Dengan kata lain, di ujung permukimannya
tidak buntu. Kita akan menuju jalan besar yang sama ketika keluar dari
permukiman ini. Luasannya berkisar 6 hektar saja. Di sisi jalan sebelah kiri,
kita bisa melihat air laut dan kapal-kapal nelayan bersandar, walaupun di
beberapa titik ada rumah warga. Kita juga bisa melihat kapal Ferry dan
speedboat di pelabuhan Punggur.
Kampung Tua Telaga Punggur photo taken by me |
2. Kampung Tua Teluk Mata Ikan
Kampung ini
terletak di kawasan Nongsa. Saya menemukannya saat nyasar, hehe. Tidak nyasar
juga sebenarnya, tetapi kampung tua ini bukan tujuan utama. Jika masuk ke dalam
permukiman ini, ada spot garis pantai yang lumayan luas untuk sekedar menikmati
udara pantai. Hari itu saya mendapati beberapa mobil elf yang membawa wisatawan
entah dari mana.
Kampung Tua Teluk Mata Ikan photo taken by me |
3. Kampung Tua Belian
Kampung ini terletak di Kecamatan Batam Kota.
Orang-orang menyebutnya Batam Centre. Termasuk di tengah kota. Iya sih,
lokasinya saja tak jauh dari kantor Walikota. Pagi itu saya niat jalan-jalan ke
Engku Putri, tapi terlampau malas turun. Terlalu banyak orang di taman itu.
Akhirnya saya coba menyusuri jalan ke arah utara. Jika biasanya setelah traffic
light saya belok ke kiri untuk pulang, saya tetap lurus. Penasaran, apa yang
bisa saya dapatkan di jalanan lurus itu. Dan ternyata, ujungnya adalah kampung
tua ini. Benar-benar mentok. Setelah mentok banyak pasang mata melihat saya
aneh. Berbeda dengan Telaga Punggur atau Mata Ikan. Di kampung ini rumah-rumah
sudah menutupi air laut. Tidak ada lautan yang nampak jelas.
Kampung Tua Belian Photo taken by me |
4. Kampung Tua Bakau Serip
Terdapat beberapa rumah warga dan satu masjid
kecil. Saya dua kali ke kampung tua ini. Kampung ini menjadi salah satu objek
wisata di Kota Batam diinisiasi oleh warga. Inisiatornya memang bukan warga
setempat, tapi yang diberdayakan adalah masyarakat setempat. Atraksi yang
ditawarkan juga cukup banyak, bahkan sekarang mungkin lebih banyak lagi.
Pengujung bisa menikmati garis pantai, yang walaupun tidak panjang tetapi cukup
menyenangkan. Gazebo-gazebo di tata rapi. Ada pertunjukkan tari-tarian,
khususnya jika ada tamu dari negara lain. Seperti saat ke sana saya mendapati
orang Korea sedang menikmati tari-tarian Melayu. Ohya, hanya dengan duduk di
Gazebo, jika cuaca bersahabat, kita bisa melihat skyline Singapore.
Gedung-gedung pencakar langit negeri Singa bertengger dengan kokoh tampak hanya
sejengkal jauhnya.
Kampung Tua Bakau Serip Photo taken by me |
5. Kampung Tua Kampong Melayu
Pertama kali ke pantai, saya mendapati Kampung
Melayu. Sayangnya saya tidak mengambil foto landmark Kampong Melayu. Berbeda
dengan Landmark di beberapa kampung tua. Jika di beberapa kampung tua berupa
gerbang selamat datang, di sini landmark berupa tugu kecil yang berada di
bundaran jalan permukiman. Bentuknya cukup menarik.
Kampung Tua Kampung Melayu Foto kredit: disini |
Kampung ini tak seberapa lama ditempuh dari Bandara
Hang Nadim. Cukup bergerak ke arah kanan selepas lampu merah bandara. Lurus
lalu belok kiri beberapa meter dan lalu masuk ke kawasan permukiman di sebelah
kanan jalan. Pantai di kampung Melayu ini sepertinya sudah terkenal. Sewaktu
saya ke sana banyak sekali keluarga dan anak-anaknya bermain disana. Sayangnya
hari itu saya mendapati lingkungannya cukup kotor. Banyak sekali sampah
berserakan. Saya hanya mampir mungkin 10 menit disana. Mengambil foto perahu
nelayan yang ada. Dan kemudian keluar permukiman.
6. Kampung Tua Tanjung Piayu
Oke, saya kehilangan foto gerbang kampung tua
Tanjung Piayu. Silakan masuk ke google
image, terdapat beberapa foto Landmark kampung tua di arah selatan kawasan
industri Muka Kuning itu. Kampung tua ini sangat terkenal di Kota Batam. Mengapa?
Karena di sini banyak tempat makan yang menyediakan menu-menu seafood. Selain bisa
menikmati makanan yang enak, pemandangan di sini juga sangat ‘adem’. Air lautnya yang biru juga angin sejuk menyenangkan sekali
untuk jadi sasaran keluar dari hiruk pikuk tengah kota. Dan kuliner di sini bisa
dibilang cukup murah, untuk ukuran seafood.
7. Kampung Teluk Nipah
Saya lupa kampung ini dimana, hahaha. Sorry. But i really do not remember where i
taken this photo. Yang jelas sih ini dipinggiran juga. :D Kalau ada yang
tahu boleh lhoo tulis di komentar, dengan senang hati, saya akan update di
sini. J
Kampung Tua Teluk Nipah Photo taken by me |
Selain tujuh kampung tua diatas, saya juga
menemukan gerbang yang sama di kawasan bengkong, saat kegiatan di lapangan. Selain
itu juga ada di sekitar kawasan
konservasi tanaman BP Batam, apa ya namanya, saya lupa, hehe. Well, untuk
menuju kampung tua ini perlu melewati Haris Resort Waterfront Batam. Dan ya,
saya tidak ingat namanya, hehe. Sayangnya, saat melewati landmark kampung tua
ini saya sedang tidak bisa mengambil fotonya.
Well, di kota lain, saya belum menemukan preservation dengan landmark khusus
seperti di Batam ini. Yang uniknya, serupa tapi tak sama. Simple but...
menunjukkan citra budaya dan sejarah yang manis. Atau sebenarnya ada juga di
kota lain, namun saya belum mengunjungi kota lain itu. Yah, bisa jadi demikian.
So, in case itu kota teman-teman, let me know yaa..
*Update. Masukan dari Pak Azril, Bappeda Batam. Beliau mengatakan kampung tua di sekitar kawasan konservasi BP Batam adalah Kampung Tua Tanjung Riau.
Comments
Post a Comment
Terimakasih sudah komentar. Komentar akan muncul setelah proses moderasi. :)